Samarinda, Kaltimetam.id – Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Kota Samarinda tengah viral menuai pro serta kontra. Lantaran, melakukan penjualan kalender dengan harga Rp 55 ribu.
Perlu diketahui, penjualan kalender tersebut sebagai ajang media promosi bagi sekolah. Salah satu siswa sebut saja AK menjelaskan awal mula kalender tersebut dijualbelikan.
“Pada awalnya kami di suruh untuk melakukan foto perkelas masing-masing dari kelas 10 maupun sampai kelas 12 buat kenang-kenangan, setelah beberapa hari ada yang mengabari bahwa disuruh beli kalender tersebut untuk sebagai penunjang program sekolah,” jelasnya.
Siswa tersebut mengaku sangat keberatan mengenai harga kalender yang di jual oleh sekolahnya. Sebab, harga kalender tersebut sekitar Rp 55 ribu.
“Sangat keberatan sekali mas, dengan harga segitu. Sebab, kami masih pelajar pastinya banyak keperluan yang harus di beli, ditambah lagi beli buat kalender,” ungkapnya.
Lebih lanjut, kabarnya ada komplain dari beberapa ketua kelas serta beberapa siswa dan siswi lain terkait kalender tersebut.
“Kemarin sempat ketua kelas dan beberapa teman lain komplain terkait harga kalender ini. Namun, karena kepala sekolahnya masih berada di luar kota, jadi masih belum mendapatkan keterangan lebih lanjut,” singkatnya.
Dari hasil pantauan di lapangan, banyak siswa dan siswi yang merasa keberatan terkait pembelian kalender sekolah 2024. Bahkan, banyak dari siswa dan siswi masih belum mau untuk melakukan pembayaran.
Terpisah, salah satu orang tua siswa berinisial CN, membenarkan bahwa tidak hanya siswa siswi saja yang disuruh untuk membeli kalender. Melainkan juga, seluruh jajaran yang ada di sekolah juga guna untuk menunjang program yang ada di sekolah.
“Jadi aduannya itu anak-anak disuruh untuk melakukab pembelian kalender. Tidak hanya mereka saja, guru serta satpam juga disuruh untuk melakukan pembelian kalender,” jelasnya.
CN menjelaskan bahwa, baru tahun ini saja, program pembelian kalender tersebut dilaksanakan, dengan maksud sebagai program sekolah.
“Kalau promosi kan tidak mesti harus untuk melakukan pembelian kalender. Kan bisa juga, dengan cara melakukan pembukaan stand serta booth pada saat acara serta pemaran,” bebernya.
Dari informasi yang di dapat, ada satu kelas yang menyepakati untuk tidak membeli kalender sekolah tersebut.
“Harganya mahal sekali sekitar Rp 55 ribu, kalau sekitar Rp 20 – 30 ribu kemungkinan anak-anak tidak akan melakukan protes seperti ini, tidak sesuai dengan barangnya,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim menyatakan pihaknya akan melakukan Press Release terkait kasus yang tengah viral ini.
“Iya nanti disiapkan materi Press Release nya mas,” singkat Kepala Bidang (Kabid) SMK Disdikbud Kaltim, Surasa saat di chat melalui aplikasi Whatsapp, Selasa (30/01/2023). (SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id