Perpindahan IKN Belum Menimbulkan Gejolak Ekonomi di Sektor Perumahan

Pembangunan Perumahan di Jalan Pangeran Suryanata, Kota Samarinda. (Foto: kaltimetam.id)

Samarinda, Kaltimetam.id – Perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur (Kaltim) dinilai akan membawa potensi ekonomi setelah masa pandemi usai. Sektor real estat atau pengembang perumahan pun dinilai akan mendapat potensi positif. Meskipun belum terlihat dalam waktu dekat.

Ketua Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Kaltim Bagus Susetyo mengatakan, selama masa pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir sebenarnya bisnis real estate masih memiliki pasar. Hanya saja dari 70 developer yang terdaftar di REI tidak lebih 20 persen yang membangun perumahan baru. Itu pun lebih banyak membangun rumah subsidi dengan harga sekitar Rp 160 juta. Dari segi penjualan ujarnya, rumah subsidi tidak mengalami penurunan penjualan karena berbagai promosi dan kemudahan dalam proses pembelian. Namun untuk rumah komersial dengan harga lebih tinggi dari rumah subsidi yang mencapai Rp 300 juta, sangat terdampak. Bahkan penjualan rumah komersil sampai saat ini masih belum pulih sepenuhnya.

“Sebenarnya pasar perumahan atau real estat saat pandemi tidak sepenuhnya redup. Untuk rumah komersial di atas harga (rumah subsidi), dengan bunga normal itu memang terdampak pandemi. Tetap ada terjual tetapi tidak banyak. Sedangkan subsidi nggak (berpengaruh), tapi menurun, karena keperluan rumah yang akan ditempati,” terangnya.

Potensi perumahan, lanjut Bagus, sebenarnya sangat tinggi. Sebab, backlog rumah secara nasional sebesar 12,8 juta atau 800 ribu rumah yang dibutuhkan. Untuk di Kaltim berkisar 15 ribu rumah per tahun.

“Sebenarnya masih tinggi. Jadi, (pengusaha perumahan) memang harus pintar-pintar, melihat market mana yang masih baik dan konsumen mana yang masih terbatas. Kalau dahulu, orang beli rumah kan untuk diinvetasikan, disewakan lagi. Tapi untuk sekarang mending disimpan (uang), karena ada yang sebelumnya diputus pekerjaanya sampai ada pengusaha yang perusahaan menurun,” tambahnya.

Terkait pengaruh IKN terhadap industri realestat di Bumi Etam, menurut Bagus, hal itu merupakan pemicu yang bagus untuk pertumbuhan real estat. Hanya saja, potensinya belum bisa terlihat dalam waktu dekat. Namun, untuk kota penyangga seperti di Balikpapan dan Samarinda nantinya tentu akan merasakan dampaknya. Kesiapan dari segi stok rumah di dua kota ini pun masih cukup banyak bila terjadi peningkatan permintaan.

“Tapi perlu dipahami, IKN itu tidak bisa berdiri dalam setahun atau dua tahun. Mobilitas dan perpindahan memang oke, tapi perlu ada pergerakan ekonomi juga. Dan, pemerintah belum memberikan triger untuk percepatan, hanya membangun fisiknya (IKN) saja,” sebutnya.

Untuk mengembangkan potensi ekonomi di sektor perumahan, dukungan pemerintah dalam penyediaan fasilitas umum juga perlu dilakukan. Terutama dalam penyedian jalan, air dan listrik. Jika tidak, maka potensi ekonomi akan jauh lebih lamban. Sebab, hal itu menjadi kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari.

“Real estat itu kan bukan hanya membangun fisiknya saja, air dan listriknya dari mana? Membangun gampang saja, tapi kalau tidak ada supporting kawasan ya harus ada, terutama untuk kehidupan sehari-hari. Yah, ngapain (pengembang perumahan) beli tanah mahal-mahal tapi masih lama baru menghasilkan. Makanya saya harapkan badan otorita IKN sudah menggandeng swasta juga,” kata Bagus.

Untuk Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), khususnya untuk Kecamatan Sepaku yang wilayahnya menjadi pusat IKN , ia meyakini pengembang lokal akan lebih memperhitungkan peluang bisnisnya. Mengingat otoritas yang terbatas. Semua sudah diatur dalam tata ruang dan banyaknya pengembang besar yang pasti sudah melirik sejumlah tanah di IKN.

“Karena semua diatur dalam tata ruang. Kita nggak bisa beli tanah, sekarang aja belum tahu zonasi mana. Tahapan awal kan 2023 sudah ada yang pindah. Saya tidak tahu apakah hunian itu dibangun pemerintah atau swasta. Kalau kami skala menengah bawah. Pengembang seperti grup Sinarmas, PT Summarecon Agung Tbk sudah punya tanah banyak, kalau kami ambil spekulasi sekitar IKN tidak mudah. Kalau skala lokal ya memanfaat tanah yang ada,” bebernya.

Menurutnya, momen menjelang pemindahan IKN adalah saat yang baik untuk membeli rumah. Dari segi investasi memiliki rumah di Kaltim khususnya di Samarinda dan Balikpapan akan menjanjikan mengingat harga yang masih terjangkau dan stok yang masih banyak. Bisnis properti juga tidak hanya terkait jual beli rumah atau konstruksi saja. Setidaknya ada 175 bisnis bawaan yang tentunya dapat menggerakan perekonomian di Kaltim dan mempengaruhi harga.

“Beli rumah sekarang jangan tunggu IKN dibangun, demand-nya naik, suplai sedikit. Kalau sekarang suplainya banyak, dan banyak kemudahan diberikan. Catatannya lihat legalitasnya, kalau pengembangnya anggota REI saya pastikan aman,” tutupnya. (Dys/Dra)