Samarinda, Kaltimetam.id – Realisasi investasi Kalimantan Timur (Kaltim) pada 2022, mencapai Rp57,75 triliun, atau melebihi target 106.97 persen. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim menargetkan realisasi tahun lalu Rp54 triliun.
Kepala DPMPTSP Kaltim, Puguh Harjanto merincikan realisasi investasi terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp39,59 triliun, atau 68,54 persen dari total realisasi investasi, dengan 6.706 proyek. Lalu Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp18,17 triliun atau 31,46 persen dari total realisasi investasi, dengan 1.005 proyek. Total proyek sebanyak 7.711.
“Capaian ini merupakan tertinggi dalam 5 tahun terakhir, kami haturkan terima kasih kepada seluruh stakeholder atas sinergi luar biasa di tahun 2022,” ucap Puguh.
Baca berita terkait lainnya: Investasi Dalam Negeri Meningkat
Seluruh Proyek Serap 39.792 Orang
Puguh juga menerangkan terkait serapan tenaga kerja dari PMDN. Dari nilai realisasi tersebut, tenaga tenaga kerja yang terserap sebanyak 39.792 orang atau 68,54 persen. Terdiri dari tenaga kerja Indonesia sebanyak 39.753 orang dan tenaga kerja asing 39 orang.
Sedangkan tenaga kerja yang terserap untuk PMA sebanyak 16.631 orang atau 31,46 persen yang terdiri dari tenaga kerja Indonesia sebanyak 16.247 orang. Lalu, tenaga kerja asing sebanyak 384 orang.
Investasi Kaltim di Urutan Kelima Nasional
Pada level nasional realisasi PMDN pada Januari–Desember 2022 Kaltim menempati urutan kelima. Berada di bawah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Riau.
Sedangkan untuk PMA berada di urutan kesepuluh. Tertinggal dari Provinsi Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Maluku Utara, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Riau, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.
Ada tiga negara penanam modal terbesar selama 2022. Yakni, Singapura, Republik Rakyat Tiongkok dan Malaysia. Investor asal Singapura menanamkan uangnya sebesar USD312,22 Juta, senilai Rp4,48 triliun (kurs Rp 14.350) atau 24,66 persen dari total jumlah investasi dengan 324 proyek.
Kemudian Republik Rakyat Tiongkok sebesar USD279,05 Juta, atau senilai Rp4 triliun atau pada 48 proyek. Sedangkan pemodal dari Malaysia menanam modalnya sebesar USD162,65 Juta, atau senilai Rp2,33 triliun pada 170 proyek.
Pertambangan Masih Mendominasi
Realisasi investasi berdasarkan usaha selama 2022 masih didominasi pertambangan. Subsektor Pertambangan mendapatkan tambahan realisasi investasi terbesar, mencapai USD515,91 Juta, senilai Rp7,40 triliun atau sebesar 40,74 persen dari keseluruhan realisasi PMA 2022.
Subsektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar untuk realisasi investasi di wilayah ini adalah Industri mineral nonlogam, sebesar USD216,01 Juta, senilai Rp3,09 triliun atau 17,06 persen. Lalu disusul subsektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan mencapai USD190,01 Juta, senilai Rp2,72 atau 15,01 persen.
“Dari sisi penyerapan tenaga kerja, terdistribusi pada subsektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. Menyerap tenaga kerja Indonesia paling banyak, mencapai 8.379 orang atau 51,57 persen dari total jumlah tenaga kerja Indonesia yang terserap melalui tambahan realisasi investasi PMA,” terangnya.
Baca berita terkait lainnya: Batu Bara Bikin Neraca Perdagangan Nasional Surplus Lagi
Investasi di Kutim Paling Besar
Kabupaten Kutai Timur memberikan kontribusi paling siginifikan pada investasi di Kaltim tahun lalu, dengan nilai USD630,92 juta atau sebesar Rp9,21 triliun yang terdiri atas 143 proyek PMA. Posisi kedua ditempati Kabupaten Kutai Barat mencapai USD193,18 Juta atau sebesar Rp2,84 triliun dengan 58 proyek PMA.
Sedangkan Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan kontributor ketiga dengan nilai USD180,41 juta atau sebesar Rp2,58 triliun dari 138 proyek PMA. Untuk persentase kontribusi Kabupaten/Kota lainnya berkisar 8,61 hingga 0,03 persen.
Tahun Ini Fokus Hilirisasi UMKM
Tantangan di 2023 hilirisasi dan kolaborasi UMKM dengan usaha besar terus menjadi fokus Kaltim dalam kebijakan investasi la mendorong agar Kaltim siap dengan perubahan, jangan hanya mampu memberikan kontribusi kepada investor sebesar 50 persen.
“Desain kita harus bisa memastikan investasi itu memiliki jangka panjang di Kaltim, jangka panjang itu sangat perlu diperhatikan agar mereka bertahan 60 sampai 70 tahun,” tuturnya.
Sejauh ini, kata Puguh, telah banyak investor yang mencari posisi atas keberadaan IKN di Kaltim. Seperti dari Malaysia yang telah mengunjungi Kaltim sebanyak lima kali.
“Mereka itu simple saja investasi yang akan ditanam di Kaltim, yakni tempat untuk produksi roti. Jangan sampai kita kalah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Kaltim,” ungkap Puguh. (DYS/RTA)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id
Baca juga berita ekonomi terkait lainnya: Promosi Pariwisata Kaltim Tak Sekadar Cari Cuan