DPRD Kaltim Tekankan Pentingnya Sistem Peringatan Dini dan Jalur Evakuasi dalam Penanggulangan Banjir di Kukar

Anggota Komisi I DPRD Kalimantan Timur, Salehuddin. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Kaltimetam.id – Selain fokus pada perencanaan infrastruktur, Sekretaris Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin, menegaskan bahwa mitigasi banjir di Kutai Kartanegara harus mencakup penguatan sistem peringatan dini dan pemetaan jalur evakuasi masyarakat. Hal ini penting mengingat pola banjir yang seringkali terjadi tiba-tiba dan melumpuhkan aktivitas warga.

Dalam penuturannya, Salehuddin menyebut bahwa kesiapsiagaan bencana tidak bisa semata-mata mengandalkan pembangunan fisik seperti saluran atau tanggul. Aspek non-fisik seperti manajemen risiko, komunikasi darurat, dan pelatihan tanggap darurat justru sangat vital untuk menyelamatkan nyawa dan aset warga.

“Ketika elevasi air sungai meningkat drastis dan curah hujan tinggi, kita tidak bisa menunggu banjir datang. Harus ada sistem peringatan dini yang aktif, berbasis data real time, dan bisa diakses seluruh warga,” jelasnya.

Salehuddin menilai bahwa pemerintah daerah perlu melengkapi alat pemantau debit air di titik-titik strategis, serta mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam sistem informasi kebencanaan yang bisa diakses oleh masyarakat melalui SMS, media sosial, atau perangkat sirine lokal.

Tak kalah penting, kata dia, adalah penetapan jalur evakuasi dan tempat pengungsian sementara yang aman dan dapat diakses dengan cepat. Ia mencontohkan pentingnya keterlibatan Dinas Perhubungan dalam menjaga aksesibilitas jalan, terutama pada musim penghujan dan saat banjir merendam infrastruktur utama.

“Misalnya saat Ramadan atau hari besar, masyarakat tetap butuh akses. Bayangkan jika jalan utama terputus dan tidak ada jalur alternatif. Maka evakuasi dan distribusi logistik akan lumpuh,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya simulasi kebencanaan yang rutin dilakukan, terutama di sekolah, kantor kelurahan, dan pusat komunitas agar masyarakat siap menghadapi bencana. Salehuddin bahkan menyarankan agar program tanggap bencana masuk dalam kurikulum pendidikan lokal.

“Banjir bukan hanya soal air yang menggenang, tapi tentang bagaimana kita menyelamatkan warga, memberi informasi tepat waktu, dan menjaga kehidupan tetap berjalan. Semua itu hanya bisa dicapai kalau kita siap dari sekarang, bukan nanti ketika bencana sudah datang,” pungkasnya.

Dengan pendekatan menyeluruh yang melibatkan mitigasi struktural dan non-struktural, Salehuddin berharap Kukar bisa menjadi contoh penanganan banjir berbasis perencanaan jangka panjang dan kolaboratif di Kalimantan Timur. (Adv/DPRDKaltim/SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id