Samarinda, Kaltimetam.id – Kalimantan Timur boleh berbangga dengan capaian 82 persen jalan provinsinya dalam kondisi mantap. Namun, di balik angka itu, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, membaca hal lain yaitu jalan yang cepat rusak, genangan air saat hujan, dan sistem drainase yang tidak pernah betul-betul beres.
“Capaian kita secara statistik memang bagus. Tapi angka itu tidak menjamin kalau setiap hujan, jalan-jalan tidak berubah jadi kolam,” kata Reza.
Total ada 63 ruas jalan provinsi yang membentang sekitar 770 kilometer. Namun, sepanjang 168 kilometer di antaranya masih belum dalam kondisi ideal dan akar masalahnya, kata Reza, bukan semata aspal, melainkan air.
Dua ruas jalan strategis di Samarinda, yakni Jalan HM Ardans (Ring Road III) dan Jalan Nusyirwan Ismail (Ring Road II), menjadi contoh klasik. Keduanya sering terendam saat hujan deras. Saluran air tidak memadai, genangan bertahan lama, dan aspal pun rontok perlahan.
“Kalau air menggenang terus, ya aspal pasti cepat rusak. Itu hukum dasarnya. Tapi kita masih saja mengulang kesalahan: bangun jalan tanpa hitung matang soal drainase,” ujar politisi Gerindra itu.
Ia menilai, perencanaan pembangunan jalan selama ini masih bersifat reaktif, bukan preventif. Jalan rusak, baru diperbaiki. Tapi akar penyebab seperti buruknya saluran air atau minimnya pemeliharaan rutin nyaris tak tersentuh.
Reza juga menyoroti peran Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang disebut sebagai “pasukan pertama” dalam respons kebencanaan infrastruktur. Mereka biasanya dikerahkan saat terjadi longsor, jalan ambles, atau putus. Namun menurutnya, peran UPTD semestinya tidak berhenti di urusan darurat.
“Mereka harus jadi garda terdepan dalam pencegahan juga. Jangan hanya datang pas musibah sudah terjadi. Bangun sistem yang bisa mencegah sebelum jalan rusak,” katanya.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa besarnya anggaran infrastruktur tidak akan menghasilkan perubahan signifikan jika eksekusinya setengah hati. Ia mendesak agar perencanaan jalan ke depan wajib menyatu dengan desain drainase yang komprehensif.
“Percuma punya program hebat kalau pelaksanaannya lemah. Kita butuh keberanian dan konsistensi dalam membenahi akar masalah. Bukan hanya mempercantik permukaan,” tegasnya.
Komisi III, ujar Reza, akan terus mendorong pembenahan sistemik agar anggaran tidak lagi terserap untuk perbaikan rutin, melainkan untuk ketahanan infrastruktur jangka panjang. (Adv/DPRDKaltim/SIK)
Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id