Damkar Catat 185 Kebakaran di Samarinda Sepanjang 2025, Turun 30 Persen dari Tahun Lalu

Samarinda, Kaltimetam.id – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kota Samarinda mencatat sebanyak 185 kejadian kebakaran terjadi sepanjang tahun 2025. Angka tersebut menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 266 kejadian pada 2024, atau turun sekitar 30,45 persen.

Kepala Dinas Damkar Kota Samarinda, Hendra AH, mengatakan penurunan jumlah kejadian kebakaran tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya pencegahan dan penanganan yang terus dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat. Meski demikian, ia menegaskan bahwa kebakaran masih menjadi ancaman serius yang memerlukan kewaspadaan tinggi.

“Total kejadian kebakaran yang tercatat sepanjang tahun 2025 ada 185 kejadian. Dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 266 kejadian, ini mengalami penurunan sekitar 30,45 persen,” ujarnya.

Berdasarkan data Damkar Samarinda, penyebab kebakaran yang paling dominan masih berasal dari korsleting listrik atau arus pendek. Faktor ini menjadi penyumbang terbesar dalam ratusan peristiwa kebakaran yang terjadi di berbagai wilayah Kota Samarinda.

“Yang paling banyak itu akibat korsleting listrik atau arus pendek. Selain itu, ada juga kebakaran yang disebabkan oleh kompor yang ditinggalkan menyala atau kebocoran gas,” jelasnya.

Hendra mengungkapkan, sejumlah kejadian kebakaran juga menimbulkan korban luka hingga korban jiwa. Kondisi tersebut menjadi perhatian serius Damkar, terutama terkait aspek keselamatan bangunan dan kesiapan sarana evakuasi.

Menurutnya, selain faktor kelalaian individu, kondisi bangunan turut berperan dalam memperparah dampak kebakaran. Banyak bangunan, khususnya bangunan publik seperti rumah toko (ruko), dinilai belum memenuhi standar keselamatan kebakaran.

“Di Samarinda masih banyak bangunan publik, seperti ruko, yang tidak memiliki pintu darurat. Akibatnya, ketika terjadi kebakaran, penghuni bisa terkurung di dalam bangunan dan kesulitan mencari akses keluar,” ungkap Hendra.

Ia menilai, ketiadaan jalur evakuasi dan fasilitas keselamatan dasar menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko korban saat kebakaran terjadi. Karena itu, Damkar mendorong pemilik bangunan agar lebih memperhatikan aspek keselamatan, bukan hanya dari sisi fungsi dan estetika bangunan.

Ke depan, Damkar Kota Samarinda menegaskan akan terus memperkuat upaya pencegahan untuk menekan angka kebakaran. Menurut Hendra, penanganan kebakaran tidak semata-mata bersifat reaktif saat api sudah membesar, tetapi harus dimulai dari upaya mitigasi risiko sejak dini.

“Kebakaran itu bukan hanya soal pemadaman di hilir. Yang jauh lebih penting adalah upaya di hulunya, yaitu bagaimana kita melakukan mitigasi dan pengurangan risiko kebakaran,” katanya.

Upaya mitigasi tersebut meliputi peningkatan sosialisasi, edukasi, dan simulasi kebakaran kepada masyarakat. Damkar secara rutin menggelar kegiatan penyuluhan agar warga lebih sadar akan bahaya kebakaran dan memahami langkah-langkah pencegahan yang sederhana namun krusial.

“Selama ini masih banyak masyarakat yang belum aware, menganggap sepele, tidak menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) dan sarana keselamatan lainnya. Ketika kebakaran terjadi, mereka panik dan akhirnya api membesar,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa kunci utama dalam menekan angka kebakaran adalah membangun kesadaran masyarakat. Dengan meningkatnya kewaspadaan dan kesiapan, potensi kebakaran dapat diminimalkan dan dampak yang ditimbulkan bisa ditekan.

“Intinya adalah sadar dulu terhadap bahaya kebakaran. Kalau kesadaran sudah terbentuk, pencegahan bisa berjalan dan risiko kebakaran dapat dikurangi,” pungkasnya. (SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id

Exit mobile version