Pelajar Kukar Diajari Cinta Budaya Lewat Pengalaman Langsung

Kepala Bidang PAUD dan PNF Disdikbud Kukar, Pujianto. (Foto: Istimewa)

Kutai Kartanegara, Kaltimetam.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara terus berupaya menanamkan nilai-nilai budaya kepada pelajar melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan tradisional seperti festival.

Langkah ini diambil sebagai bentuk pembelajaran kontekstual agar para pelajar tidak hanya mengenal budaya dari buku, melainkan juga dari pengalaman langsung yang lebih berkesan dan membentuk rasa kepemilikan.

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menyampaikan bahwa antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan budaya sangat besar, bahkan banyak yang datang dari luar daerah.

“Antusiasme masyarakat sangat tinggi, bahkan dari luar Tenggarong. Ke depan, pelibatan siswa harus lebih masif sebagai upaya pewarisan budaya yang nyata,” ujarnya pada awak media baru-baru ini.

Menurutnya, pelajar perlu lebih dari sekadar menjadi penonton. Mereka harus diajak terlibat langsung dalam pelestarian tradisi, seperti mengenal proses memasak Nasi Bekepor, makanan khas Kutai yang dimasak dalam kenceng dan menggunakan tungku kayu.

“Pelestarian budaya tidak cukup hanya lewat dokumentasi atau pembelajaran di kelas. Anak-anak perlu menyentuh, mencium aroma, dan merasakan langsung bagaimana tradisi itu hidup. Di situlah tumbuh rasa memiliki,” jelas Puji saat menjelaskan pendekatan edukatif yang sedang dikembangkan.

Saat ini, Disdikbud Kukar sedang menyiapkan pola kerja sama baru dengan sekolah-sekolah di berbagai jenjang agar festival budaya bisa dijadikan bagian dari kegiatan belajar yang rutin dan terstruktur.

Model pembelajaran berbasis budaya lokal juga sedang dirancang agar bisa diterapkan secara merata, sehingga siswa dari semua tingkatan bisa memahami identitas budaya mereka sendiri dengan lebih mendalam.

“Festival ini bukan hanya tentang makanan, tapi tentang filosofi hidup, gotong royong, dan rasa memiliki terhadap warisan budaya kita,” katanya menekankan bahwa esensi budaya terletak pada nilai-nilai yang menyertainya.

Ia menilai bahwa kegiatan festival bisa menjadi wahana yang efektif dalam membentuk karakter pelajar, khususnya dalam menanamkan nilai kerja sama, kepedulian, dan kekompakan sejak dini.

Menurutnya, semangat gotong royong yang terkandung dalam proses memasak Nasi Bekepor dapat menjadi inspirasi untuk pendidikan karakter di sekolah.

“Kami ingin kegiatan ini menjadi kalender budaya tahunan yang partisipatif, inklusif, dan mendidik,” ucap Puji dengan penuh semangat saat menjelaskan visi jangka panjangnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas siswa atau sekolah semata. Dukungan dari orang tua, komunitas seni, dan para tokoh adat juga sangat dibutuhkan.

Puji percaya bahwa budaya akan tetap hidup jika ada kerja sama dari semua pihak dalam menjaga dan menanamkannya kepada generasi muda.

“Budaya adalah identitas dan kekuatan daerah. Dengan mendidik generasi muda melalui kegiatan seperti ini, kita sedang menanam benih kecintaan terhadap budaya sendiri yang akan tumbuh kuat di masa depan,” tutupnya dengan harapan besar. (Adv/DiskominfoKukar/SIK)

Dapatkan informasi terbaru dan terkini di Instagram @Kaltimetam.id